Bidara (Ziziphus mauritania) atau Sidr (bahasa Arab: (سدر) bahasa Inggris: Lote tree) memiliki kedudukan di dalam agama Islam. Pohon ini disebutkan di beberapa surah dalam Al-Qur'an, yaitu:
Sebagai Pohon bidara yang sedikit jumlahnya (sidrin qolil) (QS.34. Saba':16),
Sebagai Pohon bidara yang tak berduri (sidr makhdud) (QS.56. Al-Waqiah:28),
Sebagai Pohon bidara perbatasan akhir (sidratul muntaha) dan Pohon bidara yang diliputi (sidrata ma yaghsya) (QS.53. An-Najm: 13-16)
Dari ‘Aisyah bahwa Asma’ binti Syakal bertanya kepada Rasulullah S.A.W tentang mandi haidh: “Salah seorang di antara kalian (wanita) mengambil air dan sidrahnya (daun pohon bidara) kemudian dia bersuci dan membaguskan bersucinya, kemudian dia menuangkan air di atas kepalanya lalu menggosok-gosokkannya dengan kuat sehingga air sampai pada kulit kepalanya, kemudian dia menyiramkan air ke seluruh badannya, lalu mengambil sepotong kain atau kapas yang diberi minyak wangi kasturi, kemudian dia bersuci dengannya. Maka Asma’ berkata: “Bagaimana aku bersuci dengannya?” Dia bersabda: “Maha Suci Allah” maka ‘Aisyah berkata kepada Asma’: “Engkau mengikuti (mengusap) bekas darah (dengan kain/kapas itu).” (HR. Muslim)
^ Telah berkata Ummu 'Athiyyah: Rasulullah S.A.W masuk (menengok) anak perempuannya yang wafat, lalu berkata: "Mandikanlah ia tiga kali, lima kali, atau lebih --kalau kau fikir perlu-- dengan air dan bidara, dan diakhir sekali campurlah dengan kapur barus. Maka apabila selesai, beritahukanlah kepadaku." Sesudah selesai lantas kami beritahukan kepadanya. Lalu ia berikan kepada kami kainnya, sambil berkata: "Pakaikanlah kain ini di badannya." (SR. Bukhari - Muslim)